Cerpen Haru

Catatan Sabiq    Hilang barang berharga,
puncak kebahagiaan ?

MESKI koordinasi semakin berkurang. Namun, itu tak mematahkan hatiku untuk berjuang dalam mengi-tari terjalnya bebatuan dan kerikil kehidupan ini. Mungkin hanya sedikit kawan yang tahu akan kebaha-gianku yang memuncak. Hanya sedikit yang tahu cerita-ku mengenainya. Dan kebanyakan kawan hanya memandangku biasa saja, melihat bahwa aku sama seperti kemarin tanpa menelusuri celah-celah terselip dalam diriku. Biarlah. Mereka yang tahu cukup diam saja.
            Siang hari, ketika aku bangun dari tidur siang. Mandi dan berganti paka-ian. Bergegas aku pergi ke masjid. Karena melewati gallery aku sekalian meng-charge laptoku dan aku juga membawa HP. Jadi, aku membawa laptop, chargenya dan HP. Setelah menaruh laptop untuk dicas ( aku pun menitip-kannya ), dan HP aku masukan ke saku baju batik yang dikenai.
            Tiba di masjid, “Allahu Akbar” seruku. Tapi masih mamang, ada yang mengganjal. Oh, ya. HP yang di saku membuatku tak enak pakai. Lalu aku simpan hp-nya di jendela masjid tepat di sampingku. Dengan khidmat penuh rasa dalam shalat. “Assalamualaikum”. Akhir kataku isyarat shalat telah selesai. Tengah dzikirku sambil melihat bekas cat yang menempel di telapak kaki, tidak apa-apa wong catnya sudah membekas dan tidak membatalkan wudlu.
“Astagfirullah”
Bukan persoalan tidak membatalkan wudlunya hingga aku yakin shalatku sah secara syariat. Ternyata, aku belum wudlu. Jadi, shalatku tadi tidak sah. Masih teringat, sekalipun biasanya setelah mandi aku langsung berwudlu di kamar mandi, namun kali ini aku ( setelah mandi ) langsun bergegas dengan niatan sebelum shalat aku berwudlu di masjid.
            Tak apalah. Aku harus rela, ini juga karena kecerobohanku. Rela mengulangi shalat yang sia-sia. Sia-sia karena belum terpenuhi syarat yang ditentukan, diantaranya harus suci. Jika menurut syariat saja tidak sah,apalagi secara hakikat. Aku khawatir amal shalatku tidak diterima Allah. Aku khawatir amalku selama ini tak berfungsi alias sia-sia. Dan aku takut karena tak becus melaksanakan amal dan ibadah. Naudzu billah.  
            “Allahu Akbar” tegasku merasa sudah suci dari hadast. “Wassalam…..” ucapku tanda akhir shalat sambil menoleh kanan-dan kiri. Dzikir selesai, aku menuju gallery dan menulis tugas makalah sambil ada selipan FB-annya, dan Blogger-nya. Jarum jam berlabuh di arah 4.45 Sore. Bosan yang kurasakan lalu aku melimpiti laptop, memberesinya dan pulang ke kamar. Semakin lama, perasaanku semakin ada yang mengganjal.
“Astagfirullah” ampunku.
HP-ku masih ada di jendela masjid, aku baru sadar. Padahal, jarak antara aku menaruh hp dan baru mengingatnya sekitar 3 jam. Kenapa baru tersadar sekarang, kenapa saat mengerjakan tugas aku tidak ingat, kenapa ketika shalat usai aku tidak langsung mengambilnya. Otak dan alat inderaku dibantu kaki dan tangan menuju masjid dan mencari-carinya.
“Astagfirullah” ketiga kali.
Mungkin aku lupa menaruhnya. HP-ku tiada.  Sambil mencari – cari di setiap sudut ruang, aku memutar otakku agar ingat dimana aku menaruhnya. Ah, tak ditemu. Aku tanya sana-sini dari pengurus Takmir sampai pengurus BEM. Mereka hanya bilang “emang, hilang tah?,” sebelku dengan kata-kata itu, udah tahu aku nanya karena belum ketemu masih ditanya seperti itu. Kalau ada, dari kemarin aku tak akan menanyakannya. atau “ gak tahu, aku gak lihat”. Jawaban teman yang aku jumpai. Oh tidak……
            Tanpa dia, aku tak dapat mengirim kata-kata pengingat bagi teman kuliahku semisal “ Ayo friend, ustadznya sudah di kelas. Harap segera” atau “Besok pagi, kuliahnya mulai jam 7” sampai yang paling bahagia “ Friend, kata dosen mata kuliah qawaid, besok libur soalnya gini dan gitu”.  Tanpa dia, aku tak dapat menelpon bunda “Gimana kabarnya bunda ?”.  sampai mereka pun hanya akan mendengar suara operator bahwa no. yang anda tuju sedang tidak aktif, jika menelponku. Atau mereka akan merasa tak sabar menanti jawabanku saat mereka mengirim sms. Seperti Ahmad berseru “Bik, ko sms saya gak pernah dibalas”. “Hm,” jawabku diam. Dialah HP-ku sang NOKIA-E-63.
Hanya karena kecerobahanku,  aku sedih karena hp itu punya adikku. Sebab adikku mondok dalam pesantren ketat, tak boleh bawa HP lalu ia meni-tipkannya di rumah. Bundaku merasa mubadzir, Hp adikku yang dirumah tak dipakai orang. Dan bunda merasa iba kepadaku, akhirnya ia mengirimkan Hp itu secara paket ke Al-Hikam. Sampai saat ini,  aku sedih karena belum bisa menjaga amanat titipan bunda kepadaku. Namun aku berjanji, akan menggan-tinya.
              Tak apa. Wong itu sudah saatnya tiada. Aku belajar ikhlas dan rela. Menghapus kesedihan mengisi dengan kebahagiaan. Itu juga menjadi pelega. Tak usah banyak memikirkan dan capek-capek men-charge HP. Tak capek mengirim sms kepada teman-teman yang terlambat kuliah. Tapi bukannya aku mengingkari janji. Tetap, aku akan membeli yang baru sebagai ganti.
            Jika ada seorang kawan bertanya “Bik, HP-mu hilang ya ?”. akan kujawab “Belum ketemu”, tidak akan kukatakan “Ya”. Aku yakin suatu saat ia akan kembali sekalipun bukan dia yang datang karena diwakilkan dengan temannya.

Hikmah Terpendam
1.        Untuk tidak ceroboh dalam meletakkan barang berharga. Simpanlah di tempat yang aman seperti yang digembar-gemborkan OSPAM.
2.      Jika terlanjur terjadi peristiwa seperti diatas. Maka bersabarlah, dan renungi bahwa masih banyak orang yang lebih menderita daripada kehilangan HP, Laptop. Mungkin mereka disana, kehilangan keluarganya, rumahnya, uang triliunannya sampai ada yang kehilangan imannya.
3.       Bersyukurlah, kita kehilangan HP misalnya. Kita masih tetap mempu-nyai iman dan semoga tidak kehilangan mutiara paling berharga itu.
4.      Yakinlah bahwa suatu saat nanti, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.
5.      Berbahagialah karena dengan hilangnya HP, berarti kita akan membeli HP yang baru baik itu yang lebih baik dari yang hilang maupun lebih jelek.
6.      Perlu diketahui kawan, pelajaran dan pengalaman ini lebih berharga dan lebih tingga harganya daripada HP/barang yang hilang itu.
7.      Dan rasakan kebahagian yang memuncak. Nikmati rasa kepasrahan yang tidak henti mengisi hati.


Kelas Pojok MA,
(Di tengah celah ngantuknya kuliah )
11.06 WIB, Rabu, 16 -11-11.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »