TENTANG MEDIA PESANTREN, BELAJARLAH KEPADA GONTOR


Sekian lama memperhatikan beberapa media pesantren di Yutub, sepertinya channel Gontor TV patut menjadi rujukan tentang bagaimana manajemen media pesantren yang baik dan berkualitas. Lihat saja channel Yutubnya gontor tv dengan jumlah 800-an video dan 8000-an pelanggan Yutub. Banyak beragam tema yang ditampilkan seperti musik, seminar, dan tentunya yang paling populer yakni video panggung gembira. Sepertinya khitobah kubro Amtsilati juga sedikit banyak meniru panggung gembira gontor.

Meskipun bukan berlatar pesantren gontor, namun kekaguman terhadap gontor begitu nyata. Apalagi menuju peringatan hari lahir ke-90 gontor yang akan diadakan tahun ini

BARU MASUK, LANGSUNG KELAS ALFIYAH


Ada seorang alumni Amtsilati sebut saja namanya Kang Dede melanjutkan mondok di Pesantren ‘Haur Kuning’ Tasikmalaya. Ba’da ashar, seluruh santri berkumpul untuk mengaji bersama pengasuh. Bagian tempat duduk santri disesuaikan dengan kelas masing-masing, ada kelas Jurumiah, kelas Imriti, dan kelas Alfiyah. Kang Dede, karena termasuk santri baru, ia masuk di kelas Jurumiah.

Pada saat itu, Pak Kiai melakukan evaluasi belajar santri karena saat itu para santri baru memulai belajar setelah selesai libur pondok. “Sekarang, saya mau tanya dasar Alfiyah dari sebuah kaidaih,” ucap Pak Kiai membuka majlis. “Jika tidak ada yang bisa menjawab, seluruh santri harus kerja bakti memindahkan bata 10 kali,” tegas Pak Kiai. Disini strategi Pak Kiai dalam mempercepat

SANTRI HAFIDZ AL-HIKAM DEPOK BELAJAR AMTSILATI


Selain mengisi Diklat di berbagai kota, Alhamdulillah saya dengan Ustadz M Faza Fauzan Adhima diundang oleh Ustadz Yusron Shidqi untuk mengisi Amtsilati di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok. Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 minggu. Tepatnya pada Ramadlan 2015, kami bertemu dulu di Bandung kemudian mampir di rumah saya Garut dan langsung cus ke Depok. 



RESOLUSI 2015



Bismillahirrahmanirrahim
17 januari 2015. Tak terasa sudah jalan usiaku sudah sampai hari ini. Anugerah kehidupan yang diberikan Allah Swt sudah sepatutnya disyukuri khususnya untukku sendiri. Perjalanan yang cukup melelahkan namun mengasyikan. Banyak kenangan yang dilalui sampai usiaku 19 tahun ini. Ya, usia 19 tahun beranjak usia dewasa. Ada beberapa resolusi di tahun 2015 ini.
Pertama, paling hangat-hangatnya adalah penantian wisuda sarjanaku. Menurut informasi kampus, Maret 2015 merupakan prosesi wisuda sarjanaku. 19 tahun dan sarjana ? mungkin minoritas yang mengalaminya di Indonesia. Cerita lengkapnya di 19 tahun dan sarjana.
Kedua, sebuah misi mensyiarkan Amtsilati di Malang Raya. Betul amtsilati sudah menasional dan memiliki cabang di beberapa wilayah Indonesia. Namun tetap saja ada bagian terpencil yang belum tersentuh dan itu potensinya sangat besar ! secara umum pesantren nasional sudah mengembangkan pembelajarannya dengan Amtsilati. Mungkin ada ratusan -jika enggan mengatakan ribuan- pesantren yang menggunakan metode cepat membaca kitab kuning ini. Namun ironisnya, perkembangan di pesantren secara nasional tidak dibarengi dengan perkembangan amtsilati di kampus-kampus islam khususnya. Masih banyak ruang Amtsilati untuk masuk ke ranah mahasiswa. Hal ini juga untuk mengimbangi ideologi islam yang kurang tepat masuk ke ranah mahasiwa mahasiwi. Seperti ideologi khilafah HTI, Wahabisme dan gerakan radikal lainnya. Amtsilati sangat dibutuhkan mahasiswa terutama yang menjadikan literatur arab sebagai rujukan utama.
Ketiga, proyeksi menerjemahkan kitab kontemporer. Seperti yang diketahui kondisi penerjemahan kitab arab maupun inggris di indonesia begitu memperihatinkan. Banyak sekali peluang untuk masuk dalam dunia ini. Saya berusaha menerjemahkan dua kitab kontemporer untuk tahun ini. Amin.
17 Januari 15 Pesantren Al-Hasanat

Garut, Jawa Barat

RAIH GELAR SELANJUTNYA, TERBATAS USIA



Niat sudah bulat, usaha sedang dilakukan, namun benteng takdir tetap tak dapat ditembus. Itulah secuil ungkapan yang menggambarkan hari itu. Hari di saat aku bersemangat melengkapi berkas pendaftaran beasiswa kader ulama untuk melanjutkan S2. Studiku. 
Namun apa daya, hari itu aku bersama Sulaiman temanku meminta persetujuan Rektor Kampus, Prof Kasuwi. Kami menghadap dan dipersilahkan duduk. Dengan santai