Kenapa Mendirikan Pesantren Al-Hikam ??

Anak-anak sekalian, malam ini saya tidak akan bicara banyak, hanya ingin membahas tentang beberapa hal, yakni:
1.    Niat Saya Mendirikan Pesantren Al-Hikam
       Mengapa saya memilih Pesantren Mahasiswa, kemudian kita coba untuk digabungkan dengan STAI Ma'had Aly?, di sini ada beberapa tujuan.
       Tujuan didirikannya STAI Ma'had Aly adalah bagaimana caranya anak-anak yang sudah cukup materi agamanya ini bisa dibuka wawasan dan cakrawala pandangannya; kemudian mereka dilengkapi dengan ilmu-ilmu alat, agar ilmu agama yang dikuasai bisa mengalir sesuai dengan konteks perkembangan masyarakat sekarang.
       Dalam hal ini, saya melihat anak-anak STAI Ma'had Aly masih terlalu pasif untuk berusaha membuka wawasannya. Hal ini terlihat pada kegiatan-kegiatan yang bersifat orientatif, belum juga kelihatan secara baik. Baik itu kegiatan yang menyangkut pendalaman agama, misalnya; Bahtsul Masaail, maupun kegiatan yang bersifat kontekstual, yaitu bagaimana agama dihubungkan dengan berbagai macam perkembangan modern saat ini.  Saya mengingatkan kepada STAI Ma'had Aly, baik melalui Pak Kasuwi, Pak Anwar maupun anak-anak Ma'had Aly yang bisa diajak bicara, agar segera diprogramkan kegiatan berkaitan dengan masalah-masalah di atas.
       Selanjutnya untuk anak-anak Pesma, saya ingin kamu semua menjadi agamawan, tidak hanya mengerti agama. Artinya: agama itu harus dirasakan, diamalkan dan dimiliki, bukan hanya diketahui. Nah, proses ini harus melalui kontemplasi dan spiritualisasi, yang bisa diwujudkan dalam do'a, dzikir, istighatsah, baca Al-Qur'an, dsb.
       Sedangkan masalah yang ketiga adalah korelasi antara santri Ma'had Aly dan Pesma. Keduanya kita harapkan bisa saling sharing pikiran dan ilmu. Jadi, bagaimana ilmu yang dimiliki anak-anak Ma'had Aly bisa diorientasikan kepada anak-anak Pesma dan kondisi anak-anak Pesma ini bisa disemangati oleh ilmu-ilmu agama dari anak-anak Ma'had Aly tersebut. Yang belakangan saya sebut ini, juga belum kelihatan realisasi dan model programnya.
       Nah, karena program ini belum kelihatan modelnya, maka kedua-duanya cenderung kontra-produktif. Yang anak Ma'had Aly, karena rumongso iso ngaji, akhirnya aras-arasen istighatsah, sebab merasa istighasah "sudah lewat"; karena sudah ngerti dalilnya jama'ah, akhirnya malas berjama'ah. Itulah penyakit di dalam ilmu, namanya sa'amah (kebosanan). Jadi, kadang-kadang orang juga bisa bosan berbuat baik.
       Saya minta perhatian dari anak-anak Ma'had Aly agar jangan merasa bahwa kegiatan 'ubudiyah adalah tidak penting, karena sudah merasa mengerti agama, karena justru kegiatan 'ubudiyah yang dihadiri oleh anak-anak Ma'had Aly itu, saya berharap bisa menyemangati anak-anak dari Pesma. Sementara itu, program-program diskusi dari anak-anak Pesma, saya juga berharap bisa dihadiri oleh anak-anak Ma'had Aly, agar wawasannya terbuka.
       Melalui majelis Asatidz, OSPAM dan beberapa anak yang diperlukan, maka saya minta perhatian untuk merencanakan program berkaitan dengan 3 hal tadi, yaitu program khusus anak Ma'had Aly; khusus Pesma dan kegiatan korelatif antar keduanya. Semua kegiatan yang diprogramkan di sini nanti tidak usah terlalu berat, akan tetapi yang efektif.  
       Anak-anak sekalian!
       Kultur pesantren anak-anak Ma'had Aly yang sudah bertahun-tahun di sini juga masih belum hilang, potongan ndeso-nya masih kelihatan kentel. Saya tidak ingin membuang kultur salafiyah-nya itu, akan tetapi saya ingin membuang sikap ngelemer-nya, agar mempunyai sikap yang responsif terhadap keadaan.
       Mestinya sudah diatur bagaimana agar yang memimpin istighatsah itu berasal dari kalangan anak-anak Ma'had Aly secara bergilir, demikian juga imam shalat rowatibnya. Ketika kegiatan khataman Al-Qur'an pun, sebaiknya anak-anak Ma'had Aly berada di sela-sela anak Pesma, supaya kelancarannya bisa nular. Jadi, Pesma dan Ma'had Aly yang dijadikan satu, sebagai sebuah eksperimen pendidikan ini, masih belum jalan, sampai dengan usia Ma'had Aly yang mencapai 4 tahun.
       Berdasakan pengalaman-pengalaman yang ada di Malang, maka pengembangan pesantren yang ada di Jakarta nanti harus by design, tidak boleh by accident lagi. Sementara Al-Hikam di Malang ini yang sudah berusi 15 tahun, kita masih meraba-raba terus. Oleh karena itu, untuk Pesantren Al-Hikam di Jakarta, akan dibuat desain yang utuh terlebih dulu, baru pesantren itu bisa jalan.
       Bentuk-bentuk eksperimen pendidikan di Al-Hikam Jakarta pun akan lebih bervariasi dari pada Al-Hikam di sini. Kalau di sini cuma ada Ma'had Aly dan Pesma, maka Al-Hikam yang di Jakarta nanti akan ada Pesma, SMP unggulan plus (Anak SMP unggulan dan mondok di situ, sedangkan yang mengajar adalah anak-anak Pesma), di situ juga akan ada anak Ma'had Aly yang mempunyai tugas tertentu.
       Di sana rencananya akan didirikan Madrasatul Qur'an yang hanya diisi oleh anak-anak yang sudah hafal Al-Qur'an, namun belum mengerti isi kandungannya. Jadi, Al-Qur'an di sini masih difungsikan sebagai posisi (membawa) berkat, belum pada posisi ilmiah dan bacaan. Ini disebabkan karena banyaknya anak yang hafidz dan hafidzah secara tekstual, namun tidak mengerti maknanya. Meskipun demikian, hafal Al-Qur'an itu saja sudah luar biasa, apalagi kalau usianya di bawah usia 20 tahun. Hanya anak-anak yang hatinya bersih saja yang mampu menghafalkan Al-Qur'an 30 Juz. Kesimpulannya, Madrasatul Qur'an mengurus bagaimana Al-Qur'an yang sudah dihafal tadi, kemudian diproses menjadi keilmuan.
       Masjid Al-Hikam di Jakarta juga sudah jadi, bahkan rumah-rumah guru sudah dibangun sebelum pondok pesantren berdiri, karena rumah dewan guru inilah yang akan menjadi tempat diskusi terus-menerus tentang bentuk pesantren yang ada di sana.  
2.    Penerimaan Santri Baru
       Santri baru yang akan masuk STAI Ma'had Aly sudah diatur sendiri oleh pihak manajemen STAIMA, dan itu bersifat selektif. Sedangan untuk anak Pesma, saya minta agar lebih pro aktif. Harus ada petugas-petugas tertentu untuk setiap universitas dan setiap fakultas, dan masing-masing diberi target dan dilengkapi dengan brosur-brosur yang cukup. Insya Allah, untuk promosi ini tidak terlalu berat, karena Al-Hikam sudah mulai dikenal. Akan tetapi untuk mendesain sebuah promosi atau sebuah media center yang membuat semua orang bisa mendengar dan tertarik untuk masuk, itu yang saya minta supaya diprogramkan.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »