Idul Adha Tanpa Bunda

Pagi cerah, mentari dengan sinarnya dan kabut awan melekat di celah celah atap asrama. Takbir bergema dan lantunan itu terus dilantunkan sampai tiba waktunya. "Dimohon kepada seluruh jamaah Shalat Id untuk segera memenuhi masjid, karena Shalat Id akan dilaksanakan tepat jam 6" suara itu sudah lama kukenal, Ainul Musthafa, sang leader Masjid yang kukagumi. Banyak hal yang kudapat dari si dia dengan ketekunannya dan keuletannya diselipi dengan kepolosan yang ia miliki. Sepertinya tak ada Masjid jika tak ada suaranya. Alias suaranya pasti bergumang di Al-Ghazali mosque.

Sudah 7 kali ini aku tak berlebaran Adha di rumah. Rasanya kangen menikmati sate masakan bunda. Ingat nikmatnya bareng keluarga. Ah. Lupakanlah. Hanya doaku yang selalu menemani mereka walau ku tiada disana. Mandi dan segalanya sudah siap. Ready. Aku langsung meluncur ke masjid. Jamaah sudah membludak. Sampai suatu takbir dikumandangkan dan "Shallu sunnata Idil Adha......"

23.42 WIB. Ahad, 6 November 2011. di tengah heningnya kabut malam

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »