Selasa, 5 Juli 2012 (NGOBROL MA BULE)

Meski tadi malam aku tidur tidak lama hanya sekitar 3 jam, lalu shalat shubuh, pagi ini aku tetap semangat. Kenapa ? ya setelah melakukan rancangan yang panjang, akhirnya aku harus segera melaporkan beberapa tema yang akan diangkat dalam kuliah tamu BEM Al-Hikam. Sebenarnya, aku sangat malu sekali kepada senior yang menunggu progress BEM sekarang mengenai kuliah tamu ini. Aku sekedar share saja, kenapa baru sekarang laporan itu disampaikan kepada pak Kasuwi. Pertama, banyak job yang sebenanrya harus ditangani secara serius dan tak akan pernah berhenti sampai waktunya yakni PMB, aku tidak menyangka harus bergandengan dengan pengurus harian terutama presnya yang kurang aktif, vocal dan sebagainya. Ini aku jadikan peluang bukan kelemahan untuk menyadarkan diriku agar selalu progress dalam setiap job. Namun disela kelemahan yang aku sebutkan, terdapat kekagumanku kepada dia. Mulai komitmennya dari memakai sandal tidak ghasab, shalat jamaah, kesopanan, keramahan dan kesabarannya.

Disini aku mengerti bahwa pres dan wapres adalah dua jiwa yang salng melengkapi. Aku pun mengakui bahwa aku memiliki banyak kekurangan mulai dari ketidaksadaran memakai sandal gak jelas satunya hijau dan satunya biru. Prinsipku dalam penggunaan sandal ini adalah memakai sandal yang dikira tidak jelas pemiliknya. Walaupun ghasab, aku menyadari bahwa hal itu terlarang dan aku tidak tega khususnya memakai sandal yang terlihat apik, moles misal merek Eiger dll. Pengalamanku disini mengenai sandal pun harus aku terima yaitu hilangnya sandal Eiger. Wah kalau bahas secara detail satu paragrap tak cukup untuk sandal ini. Kekuranganku keterlambatan masuk kelas, shalat berjamaah.

Intinya pagi ini aku akan melaporkan rancangan tema kuliah tamu kepada pak rector. Mulai awal aku mandi persiapkan diri, eh ternyata pak pres terlelap tidur membuatku tidak semangat, aku membangunkan dan menanyakan komitmennya teap saja dia tidak sadar. Biarkanlah, aku mengerti dia kecapekan tadi malam makan denganku namun lihat aku tidak segitunya sampai mengabaikan pelaporan kepada pak rector. Kalau ditunda, aku harus menunggu lagi nanti hari kamis.

Waktu tiba, mata kuliah ushul fiqh selesai. Aku bersiap menunggu di kantor dan akhirnya aku jelaskan mengenai rencana BEM mengadakan kuliah tamu yang paling disoroti adalah tema Revitalisasi Pendidikan Pancasila. Pak bibit pemateri awal, dan aku ditanya siapa itu pak bibit. Aku pun tidak terlalu mengerti rinci profil pak bibit, apakah dosen UM, UIN, UMM atau apalah. Pak kasuwi segera menawarkan temannya yaitu prof. Dr. Samsul arifin disertakan memberi no.nya kepadaku. Aku pun turut senang sudah tidak repot lagi jika ingin mengonfirmasi pemateri kedua.

Setelah ditandatangani dan diberi catatan dana untuk pemateri. Aku lega, satu misi selesai. Misi selanjutnya yakni, lapor kepada eks presiden bem, Subur Wijaya, kata dia semester 6 akan mengundang Imam Nakhoi pada akhir bulan ini. Sedangkan jadwal yang aku ajukan tadi, sekitar 10 hari lagi, Sabtu, 16 Juni. Saya khawatir tanpa kordinasi akan memberikan pengaruh kepada kesiapan selanjutnya. Misi lain yakni, mencari dan memilih dua profil pemateri, mana yang lebih berkompeten di bidang pancasila, lebih berpengalaman mana, serta sudah berapa kali dia menulis buku. Itu semua menjadi tolak ukur kami dalam memilih kompetensi antar keduanya.

Yang mengesankan dalam Selasa ini, aku tanpa rencana awal, diajak mas Hanif pergi mengunjungi rumah bule. Ah, baru kali ini pikirku dan skill speakku masih dibawah rata-rata, menjadikan aku gak pede untuk menerima ajakan itu. Aku beralasan ada kuliah, padahal kuliahnya masih lama, tapi tak kusangka mas Hanif mengajak dengan sedikit memaksa dan perasaanku seperti tidak rela menolak tawaean itu. Ok lah. Aku mengambil helm dan pergi meluncur.

Sampainya di rumah bule, aku terkaget dengan bahasa indonesianya yang cukup lancer. Padahal dia baru 3 bulan. Ini mengindikasikan akan semagatnya untuk belajar bahasa Indonesia begitu tinggi. Hah, masa bule bisa aku gak bisa. Hal yang dapat dilakukan orang lain pasti bisa dilakukan aku jika ada kesungguhan dalam menggapainya. Ngobrol ngalor ngidul seperti ngobrol dengan bahasa jawa. Aku juga aktif dalam obrolan itu dengan memerhatikan mereka berbicara, mengajukan pertanyaan, asyik deh baru pertama dan mengesankan menjadi bahan pembelajaran untuk meningkatkan motivasi bahasa inggris. Seperti tulisan ini semakin deras aku lanjut saja.

Obrolan kami mengenai perkenalan dimulai mas Hanif, menurutku mas Hanif orangnya terbuka dan pintar dalam menempatkan kata-kata dengan waktu yang sesuai. Ceritanya, ayahnya di Sumatera adalah pengusaha kelapa sawit, bahan dasar minyak goreng. Sebenarnya backgroundnya ekonomi, entah kenapa dia mengambl jurusan sastra inggris di UNISMA. Awalnya dia pasif dan tidak tahu bahsa inggris, padahal ia sudah menginjak mahasiswa. Tanpa patah semangat, dia belajar kepada temannya, mengerjakan soal latihan terus-menerus sampai sekarang semester 8 dia sudah menguasai beberapa kosa kata dan dapat mengkomunikasikannya dengan lancar.

Lalu ngobrol persoalan budaya antara jawa, sumatera dan amerika. Tingkatan bahasa jawa berbeda dengan inggris sehingga ia dapat menyimpulkan english is easy. Ada persoalan lain mengenai perkiraan orang timur menganggap Amerika banyak keburukannya seperti banyak minum alcohol, ke doskotik. Langsung si bule itu melambaikan tangannya kanan-kiri tanda mengklarifikasi bahwa tidak semua seperti itu. “Tidak semua” dengan fasih bule itu mengucapkan. Lainnya, mengenai makanan khas jawa yang disukai, khas amerika. Dsb. di akhir sesion, teman bule datang untuk mengatarkan beli batik di pasar besar.

Malamnya aku dihadapkan dengan dua persoalan yang berbunturan. Diskusi bem dan rapat pesrom. Selain menjadi ketua pesrom, aku memiliki tanggungan menjadi wakil presiden Bem. Apalagi kalau misalnya anggotaku tahu bahwa presiden gak ada dan wakilnya ada rapat. Wah, mereka sudah ancang ancangan mencari alasan agar diliburkan. Ya, karena kordinasi presiden belum jelas sehingga aku sedikit kesal, dengan renungan tidak lama aku minta mereka menunda diskusi ini.

BERSAMBUNG . . .

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »