Tanbih Al-Am ( Pribadi Ideal bercermin dari Kebersihan )




Ada beberapa point yang disampaikan Abah Hasyim mengenai kepesantrenan a) Kerapian dan kebersihan kamar. 2 ) Penerimaan santri Baru 3 ) Pengadaan Seminar. Dalam point pertama Abah memberikan pengertian akan pentingnya kebersihan dan kerapian. Karena orang yang tidak rapi pasti tidak bersih. Dan kebersihan menunjukan kepribadian orang tersebut. Point kedua menjelaskan bahwa dalam persoalan kepanitian penerimaan santri baru itu menjadi latihan berdiplomasi. Bagaimana santri menjelaskan keadaan pesantrennya. Namun, jangan menawarkan kebebasan, akan tetapi kamu harus memberi tahu makna dari ketidakbebasan pesantren ini. selain itu, dalam point ketiga Abah menjelaskan akan perlunya seminar yang diadakan oleh santri terutama dalam dua tema yakni bidang ekonomi dan bidang umum. Agar meningkatkan kualitas intelektual santri. Tidak hanya teori namun actionnya juga. Pesan terakhir Abah bahwa Al-Hikam yang di Malang dikerjakan dengan tertatih-tatih karena dimulai dengan nol, akan tetapi hasilnya segera didesain dalam bentuk yang lebih canggih di Jakarta. Namun kecanggihan Al-Hikam di Jakarta, ruhnya tetap ada di Malang ini

 
Anak sekalian!, untuk periode OSPAM ( Organisasi Santri Pesantren Mahasiswa ) Al-Hikam Malang ini, saya menitipkan beberapa hal, yaitu:
Tentang kebersihan dan kerapian kamar.
       Kamar harus bersih dan rapi. Meskipun bersih itu  belum tentu rapi, akan tetapi biasanya, yang tidak rapi itu pasti tidak bersih. Oleh karena itu, harus ada kontrol dari OSPAM tentang siapa saja yang ditugasi untuk mengurus hal itu. Lalu hasilnya dilaporkan kepada saya setiap satu bulan satu kali, yaitu pada saat saya memberi pengajian bulanan pada hari Ahad pertama. Bahkan kalau perlu, hasil survei kamar bisa diumumkan mengenai kamar yang terbersih dan kamar terkotor, kemudian bagi penghuni kamar yang terkotor harus berdiri di muka para jama'ah pengajian.
       Sebagai konsekuensinya, maka harus ada tempat jemuran yang bisa menampung banyak pakaian. Oleh karenanya, halaman di depan dapur bisa dimanfaatkan untuk dijadikan tempat jemuran untuk sementara waktu, kalau tempat jemuran di kamar-kamar sudah tidak cukup lagi. Mulai sekarang, di kamar-kamar sudah tidak boleh lagi ada sepatu di atas kursi, handuk yang tidak kering dan kumal, celana dalam yang dikerek menjadi bendera, maupun seprei yang tidak pernah dicuci, karena baunya sama dengan bau orangnya.
       Usahakan semua pakaian dicuci sendiri, jangan minta dicucikan, karena mencuci itu merupakan bagian dari edukasi. Kalau kamu mencuci sendiri, kamu akan merasa sayang kalau pakaianmu terlihat tidak rapi. Kalau kamu minta dicucikan orang lain, kamu akan membayar sekaligus cenderung bersikap sembrono. Sedangkan kalau kamu cuci sendiri, maka kamu akan menggunakannya dengan hati-hati, karena ketika merapikannya, kamu butuh kerja keras sampai berkeringat. Pesantren juga harus bertanggung jawab supaya membeli setrika yang cukup untuk keperluan itu, di samping masing-masing kamar seharusnya bisa urunan untuk membeli setrika sendiri-sendiri.
       Semua ini adalah masalah yang penting, bukan masalah tidak penting, karena kebersihan dan kerapian itu menyangkut kepribadian, realisasi tanggung jawab dani kehematan hidup. Ingat! Pada setiap hari Ahad pertama, hasil survei supaya dilaporkan kepada saya dan laporannya dilakukan di masjid, sebelum para jama'ah bubar. Tujuannya agar diketahui oleh para jama'ah, kamar siapa yang paling kopros di antara kamu semua.
Penerimaan Santri Baru
       Dalam hal penerimaan santri baru, hendaknya dibentuk panitia yang efektif dan berada di bawah bimbingan para Asatidz. Selama ini, penerimaan santri baru di sini bersifat natural, namun hal itu tidak bisa terus-menerus, karena harus ada sikap pro-aktif untuk mencari santrii baru. Oleh karena itu, nanti harus diinvetarisir, kamu semua kuliah di fakultas dan di universitas apa saja. Selanjutnya harus disertai dengan adanya konsep, spanduk-spanduk, pengumuman, selebaran, dan sikap diplomasi kamu ketika ditanya tentang Al-Hikam. Jadi, nanti masing-masing dari kamu semua harus mencari peminat untuk masuk ke Pesma Al-Hikam. Selama ini, penerimaan santri baru bersifat natural saja, sehingga terkesan seenaknya saja.
       Jika ada yang bertanya tentang Al-Hikam, maka katakan yang sesungguhnya kepada mereka tentang kondisi di Al-Hikam ini, tidak usah dilebih-lebihkan maupun dikurangi, tapii katakan apa adanya. Misalnya; Al-Hikam saat ini selalu saja membenahi diri, baik sistem, peralatan, maupun metodologi tekhnologinya. Hambatan dari mahasiswa yang ingin masuk ke Al-Hikam adalah mereka merasa di tidak bisa bebas. Kamu jangan menawarkan kebebasan di sini, akan tetapi kamu harus memberi tahu makna dari ketidakbebasan yang ada di sini.
       Di sini, kamu sekaligus latihan berdiplomasi. Apakah kamu bisa menarik orang lain? Apakah kamu memang tipe orang yang hanya tertarik kepada orang lain saja?, ataukah kamu ini sama sekali tidak menarik. Hal ini dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui kemampuan kamu dalam mempengaruhi orang lain. Ingat!, faktor kepemimpinan yang paling asasi adalah bagaimana seseorang bisa mempengaruhi orang lain. Di sinilah letak perbedaan antara pemimpin dan intelektual. Kalau intelektual itu mengisi orang lain, sedangkan pemimpin itu mempengaruhi orang lain. Tidak semua intelektual itu pemimpin dan tidak semua pemimpin itu seorang intelektual. Akan tetapi intelektual itu lebih mudah menjadi pemimpin, begitu juga sebaliknya.
       Di sini kamu juga melakukan latihan marketing terhadap sesuatu. Kalau kamu tidak mampu memarketkan pesantrenmu sendiri, bagaimana mungkin kamu mau menggalang ide kepada orang lain. Di sini ide itu sudah ada, kamu tinggal cerita saja. Namun bercerita itu ternyata tidak segampang yang digambarkan, karena orang lain mempunyai kemampuan untuk menilai, apakah cerita yang kamu sampaikan itu bener atau tidak.
       Semua anak Al-Hikam harus terlibat di dalam pencarian santri baru, namun jangan mengada-ada. Pasti yang menjadi kendala pertama adalah masalah kebebasan, sedangkan masalah uang, di sini pasti lebih murah daripada kost-kostan. Tapi kenapa banyak yang pergi ke kost-kostan dan memilih keluar dari pesantren?, semua ini dikarenakan mereka ingin kebebasan. Jadi, di sini ada planning, organizing, actuating dan controlling.
       Saya meminta kepada Asatidz untuk mengontrol gerakan panitia santri baru. Kalau ada dana pesantren atau dana dari badan usaha pesantren; dana itu bisa dipakai untuk membiayai panitia untuk publikasi. Kalau masih kurang, boleh minta kepada saya. Sehingga dengan demikian, ada publikasi, visi dan marketing yang cukup bagi kamu. Selanjutnya, nanti akan kita lihat seperti apa hasilnya.

Pengadaan Seminar
       Untuk periode 2007-2008 ini, OSPAM harus mengadakan dua kali event nasional, baik berupa seminar maupun yang lain. Yang satu berkenaan dengan bidang ekonomi, sedangkan yang satu lagi berkenaan dengan bidang umum. Namun, temanya jangan berupa wacana ekonomi, akan tetapi pengembangan ekonomi yang sudah kamu lakukan bersama-sama dengan BI. Semua itu dikembangkan terus-menerus melalui seminar-seminar. Sekarang jangan berteori lagi tentang ekonomi, karena kamu yang kuliah di fakultas ekonomi, sudah sering mendengarkan teori ekonomi, rakyat juga tidak ingin lagi mendegarkan teori ekonomi, karena yang mereka butuhkan adalah makan, bukan berita-berita. Jadi, seminar jangan hanya bisa dipahami oleh para seminaris, akan tetapi harus bermanfaat untuk orang miskin. Jangan seperti di Jakarta, di sana ada seminar tentang zakat, namun yang datang hanyalah para penerima zakat. Ndak ada muzakki-nya, semua berstatus mustahiq zakat. Semua inii menunjukkan bahwa teori-teori yang dikemas dengan bahasa yang sulit itu, ternyata tidak landing dalam kenyataan ekonomi sehari-hari.

Berdo'a Agar Al-Hikam Mampu Membeli Tanah Baru
       Terakhir, saya minta do'a kepada kamu sekalian. Al-Hikam sudah mendesak harus membeli tanah lagi demi mewujudkan areal pendidikan plus pelatihan untuk kesiapan hidup. Sudah ada utusan dari Jerman yang datang kepada saya, dan saya menanda-tangani nota kesepakatan (MoU). Kalau kita sudah mempunyai tanah, mereka membangunakn barak untuk latihan-latihan elektronik dan latihan berat lain, dan alatnya disediakan oleh mereka.
       Empat orang yang kita kirim ke Solo, semuanya berprestasi dengan sangat baik. Inii menunjukkan bahwa orang berprestasi dengan baik, kalau ada sistem dan latihan secara baik pula. Tapi saya kemarin bicara dengan Direkturnya, kalau bisa yang dua orang bekerja, sedangkan yang dua orang lagi kembali ke Al-Hikam untuk mengembangan proyek-proyek lain, kalau Al-Hikam sudah siap untuk menyediakan tanahnya. Mudah-mudahan dalam waktu yang dekat, saya bisa membeli tanah untuk keperluan ini, sehingga motto kita menjadi lengkap, yaitu mengenai masalah ibadah sudah ada sarananya; masalah pengembangan inteletual sudah ada hardware dan softwarenya; dan masalah kesiapan hidup ada realisasinya,  baik bersifat manajemen maupun bersifat fisik dan tekhnologis. Kalau nanti sudah menjadi unit, berarti Al-Hikam ini utuh, dan keutuhan ini bisa direplikasi di berbagai macam tempat.
       Insya Allah, kurang lebih 40 hari lagi, Al-Hikam yang di Jakarta, mulai bisa dibuka. Harii ini, masjidnya kira-kira sudah mencapai prosentase 80 %. Tanpa perlu menunggu sempurna, nanti akan langsung kita adakan pengajian. Lantai dasar sudah cukup untuk menampung 100 santri, perpustakaan, poliklinik, supermarket, dsb. Rumah saya juga sudah bisa ditempati. Jadi, Al-Hikam yang di Malang dikerjakan dengan tertatih-tatih karena dimulai dengan nol, akan tetapi hasilnya segera didesain dalam bentuk yang lebih canggih di Jakarta. Namun kecanggihan Al-Hikam di Jakarta, ruhnya tetap ada di Malang ini. Hal ini menunjukkan sebuah pelajaran, bahwa di dalam perjuangan, seorang tidak boleh bersikap perfeksionis – minta segera sempurna -, dia harus memulai dari jungkir balik terlebih dulu. Hal ini berlaku tidak hanya dalam perjuangan yang bersifat kemasyarakatan, tapi juga berlaku dalam perjuangan alami. Contoh; Petani itu sebenarnya tidak dituntut untuk memanjangkan padi atau dituntut untuk mengecat padi dengan cat hijau maupun kuning. Petani hanya dituntut untuk mencari bibit yang baik, meletakkannya, merawat, dan menjaga agar tidak diganggu. Kemudian Allah SWT yang menumbuhkannya. Cuma karena kesombongan petani, mereka bilang; "Ini hasil panenan saya", padahal dia cuma meletakkan bibit, sedangkan yang ngodot padai bukanlah dia, melainkan Allah SWT. Ketika mendirikan Al-Hikam, saya hanya Bismillah dengan apa yang saya bisa, kemudian Al-Hikam itu dirawat dan dijaga, lalu Allah SWT yang menumbuhkan.
       Nanti kalau Menteri Riset sudah membantu kepeluan-keperluan di atas, dan kamu bisa menggunakannya dengan baik, maka kita gampang memperoleh bantuan-bantuan yang lain. Oleh karenanya, pandai-pandai kamu dalam menggunakan apa yang sudah ada. Kepandaian menggunakan apa yang ada, berarti mengembangkan apa yang ada. Misalnya; Di sini sudah ada perpustakaan, Pak Shahib sudah kangelan begitu rupa, kalau kamu tidak bisa menyambutnya dengan baik, maka Perpustakaan akan berhenti di situ. Coba kalau nanti ada tamu, dan kamu mampu menggunakan tekhnologi yang canggih yang ada di Perpustakaan, tentu mereka akan gampang membantu buku-buku. Masalah utama di Indonesia ini adalah tidak pernah konsekuen pada setiap bantuan yang diberikan. Orang-orang itu sebetulnya kepingin membantu, baik personal maupun istitusional, namun masalahnya adalah; Apakah bantuan itu akan digunakan?, Apakah bisa menggunakan bantuan itu?. Selalu saja pertanyaan itu yang membuat orang gamang untuk membantu. Al-Hikam ini cuma mempunyai santri sekitar 150, akan tetapi banyak orang yang mempercayai Al-Hikam menjadi pilot project (Proyek percontohan). Misalnya; Untuk seluruh perpustakaan di indonesia. Jika berhasil, maka kita bukan hanya menjadi pesantren yang masif, akan tetapi juga bisa menjadi pesantren kader, yang mereplikasi keadaan menjadi lebih luas. Kalau Al-Hikam di Jakarta nanti bisa tumbuh dengan baik, maka keduanya bisa saling mengisi. Semoga Allah SWT melindungi kita sekalian. Amiin.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »