Membangun Kesadaran & Strategi Dalam Menghadapi Radikalisasi Agama




Saudara yang terhormat.
Ada  dua hal yang di Indonesia ini dicampuradukkan yakni, menegakkan syariat dengan membuat negara Islam. Ini dua hal yang berbeda tapi suka disamaratakan. Menjalankan syariat Islam untuk orang Islam itu hukumnya wajib, gak usah disuruh. Menurut Imam Ghazali, dibagi menjadi fardhu ain dan fardhu kifayah. Jadi, tidak ada halangan apapun di negara pancasila dan NKRI untuk menjalankan dan penegakan syariat itu, untuk masing masing kelompok yang berkepenting pada bidangnya.
Tapi kalau membuat negara Islam itu lain, dia ( kelompok yang ingin membangun Negara Islam )  merombak struktur daripada negara ini sedangkan negara ini dihuni orang Islam, orang tidak Islam, orang yang Islamnya seperti ulama sampai Islamnya seperti preman. Semua ada disitu.
Akibat Indonesia menjadi Negara Islam
Nah, kalau yang dimaksudkan itu Negara Islam, maka akan banyak masalah yang timbul. Pertama, gerakan itu akan berhadapan dengan negara. Kedua , akan berhadapan dengan sebagian umat Islam sendiri yang sudah sadar bahwa berkali - berkali dicoba negara Islam jadinya cuma kekacauan. Ketiga, akan dilawan oleh non - muslim. Keempat, akan menggoncangkan struktur pemerintahan. Kelima, area Indonesia ini ( kebanyakan ) sebelah barat, Islam dan sebelah timur, kristen. Ketika negara di-Islamkan maka sangat mungkin akan pecah Indonesia ini secara area dan itu awal dari hancurnya Negara Indonesia.
Kedua, mengapa dulu ulama –ulama kita menerima proklamasi, dari KH. Hasyim Asyari, KH. Dahlan, Wahid hasyim, Cokrominoto, Agus Salim dan tokoh-tokoh kelas berat. Dan Islam pada waktu itu tidak ada model pragmatisnya, ideal. Kalau  sekarang banyak pragmatisnya, misalnya, ( seseorang bertanya pada alim ) “ini bagaimana hukumnya kiai?”. Dijawab : “Ya sampean minta yang gimana”.
Artinya apa ? loyalitas antara agama dan negara itu utuh. Mengapa terima ( pancasila ) karena pertama, mereka menggunakan mitsaqul madinah, ( piagam madinah ) dimana rasulullah mengatur tata hubungan interent Islam, Islam dengan non muslim, mengajarkan nasionalisme, keutuhan daripada suku - suku dan kemudian kewaspadaan terhadap perpecahan dan kewaspadaan terhadap serangan luar madinah ke madinah. Dan itu oleh Rasul secara autentik berada pada piagam madinah. Dari 47 fasal disini ada tulisannya Dr. Khalil Nafis, tokoh moderat kita. Mitsaqul madinah, dengan 47 fasal berisi poin pertama, ukhuwal Islamiyyah. Kedua, ukhuwah bainal firqah. Ketiga, ukhuwah bainal adyan. Keempat, ukhuwal sahbiyah. Kelima, al-muraqabah. Kewasapadaan terhadap perpecahan interen. Dan ukhuwah Sahbiyyah nasionalisme ( yang ) dimana kalau madinah diserang oleh orang luar madinah maka seluruh agama harus tampil bersama sama.
Ini yang menjadi pegangan syar’i dari para founding vades kita yang Islam. Kedua, yang akan didirikan di Indonesia ini adalah Negara Republik Indonesia. Bukan hanya Negara Jakarta, Negara Pasundan, Negara Aceh. Nah, kalau yang dibuat Negara Republik Indonesia maka harus ada ruang untuk lintas agama dan ada ruang untuk  masing-masing agama. Kalau tidak begitu pasti pecah, seperti pecahnya Pakistan dengan India kemudian di Pakistan sendiri karena ada thaifiyah, dia pecah dengan Bangladesh. Di Pakistan sendiri yang berdasarkan Al- Qur’an dan Hadis tidak habis-habisnya saling bunuh antara syiah dan sunni. Jadi teks Negara Islam itu belum dengan sendirinya membikin beres syariat dan nilai Islam. Sekalipun itu diperlukan.
Masalah  ketiga adalah untuk masalah-masalah  qonuniyah Islamiyah yang akan masuk di negara, itu dibahasakan dengan bahasa nasional. Tetapi yang ingin lafal dan makna ditempatkan di civil society ( jamaah jam’iyah ) ada NU, ada Muhammadiyah dan sebagainya. Kalau disitu mau bahtsul masail sampai apapun kan boleh, tapi yang bahsul masail kan tidak MPR. Karena MPR sendiri masail.
Lalu  bagaimana kebutuhan kita, seperti yang dituntut lafdan wa syar’an itu harus Islam tidak hanya maqasid al-tasyriah, tidak hanya hikmah al-tasry’ tetapi juga lafdu tarsi, dibuatlah civil society. Maka NU boleh berfatwa, Muhammadiyah boleh berfatwa dan sebagainya. tetapi orang Kristen tidak harus mengikuti itu, dia harus ada ruang tersendiri untuk beribadah sesuai dengan mitsaqul madinah.
Muhammadiyah sama NU sekarang bedanya tinggal rokok tok. Yang qunut itu sudah tidak dibicarakan karena sudah gak sembahyang shubuh. Yang delapan rakaat, 20 dalam tarawih itu gentenan ( gentian ) saja. Tinggal rokok tok. ternyata ada ketua Muhammadiyah yang rokoan terus, namanya Pak Malik Fajar. Ketemu saya, dia sedang rokoan “lo muhammadiyah kok rokoan  ?“ dijawab “sementara rokoan saya jadi NU. Nanti  Muhamamdiyah lagi.”
Artinya seluruh Organisasi Islam yang ikut mendirikan republik pasti tahu kenapa membela NKRI dan Pancasila. Tapi yang datang belakangan, syaiun jaa. Ini tidak mengerti dulu-dulunya lalu dari luar negeri dibawa kesini bukan universalisme Islam yang dibawa tapi transnasional Islam.
Haruskah Negara menjadi Negara Islam ?
Pertanyaaan  selanjutnya haruskan negara menjadi Negara Islam. Tadi kan baitul muslimin atau darul muslimin atau darul Islam. Saya kira ( masalah ) ini ijtihadi bukan syar’i. Kenapa, di Negara yang monoagama seperti Arab Saudi ( menjadi Negara Islam ) silahkan karena gak ada problem semuanya siap untuk itu. tapi  Indonesia yang multi-agama mana mungkin.
Maka  harus  dibuat, cara bagaimana negara itu tetap eksis tetapi orang yang ingin lafdan wa maknan juga ada ruangnya. Kalau kita ingin membuat undang-undang ke Negara yang Islami tidak usah pake teks Islam. Maknanya saja yang disetorkan melalui kompilasi hukum dari MUI atau dari departemen Agama seperti  undang undang anti korupsi tidak usah undang-undang Islam anti korupsi karena anti korupsi itu sudah Islam, sekalipun yang korupsi itu orang Islam semua. Innalillahi . .
Tapi tatanan ini sudah benar. Begitu  tatanan ini dibalik pasti terjadi kekacauan di Indonesia. Ini pikiran - pikiran mengapa dulu ditetapkan NKRI dan didukung oleh ulama-ulama ternama, dan ulama tulus.
Kenapa banyak yang ngotot membangun Negara Islam ?
Kita juga harus tahu alasannya. Pertama, dia tidak tahu bagaimana Indonesia dulu didirikan. Kedua, dia mengadopsi sistem politik yang berkarakter agama di luar negeri yang dibawa kesini padahal di luar negeri Islamnya mono - Islam disini ( Indonesia ) multi agama. Ini tidak bisa dibedakan. Saya tidak tahu kenapa orang Indonesia kalau sudah keluar negeri pulang jadi orang luar negeri kalau ke amerika setahun aja pulang lebih koboy dari Josh Bush. Baru ke Saudi, dua bulan saja, tutupannya mata hitam-hitam itu medeni. Itu kenapa, sementara Negara-negara yang lain seperti Korea, China dari amerika pulang tetap China. Sifat inglader membuat transnasional bebas disini.
Yang ketiga, pada saat mulai tahun 1999 sampai sekarang, Indonesia terbuka apa saja boleh. Jangan dikira radikalisme Islam yang masuk, radikalisme neo - komonis juga masuk. Radikalisme liberal juga masuk. apa dikiranya liberal itu tidak radikal, orang yang sembahyang disindir-sindir berarti kan dia radikal. Ada temannya shalat itu disindir kamu ini udah doctor ko masih shalat. Dan  ada radikalisme ekonomi. Yang terjadi pemiskinan tadi oleh yang pak doctor tadi memberikan bahwa ini embriu dari radikalisme terhadap itu. tapi radikalisme itu karena ekonomi itu temporer dan politik tapi radikalisme yang berkarakter agama itu permanen.
Keempat ada perubahan internasional. Ketepatan tahun-tahun itu tahun 2000 -an perang Amerika yang Al-Qaida mengobrak- ngabrik orang timur tengah,  sebagian besar dari mereka masuk sini ( Indonesia ), mereka menyebar kemana - mana mereka melawan amerika dari Bali, Jakarta dsb.
Akhirnya yang menjadi korban orang Indonesia, padahal dia antinya kan anti amerika. Bersamaan dengan itu, maka orang-orang garis keras yang dulu - zaman pak harto - ke Malaysia  karena disini undang-undangya  ketat, kembali ke Indonesia secara berjamaah. Maka  timbullah NII. Nah, jadi Negara agama ini, pertama, dimotivasi oleh tekstualisme agama dan menolak hikmah tasry’. Kedua, disemangati oleh thaifah baik yang tasadaddudiyah maupun takfiryah.
Jadi, seperti khawarij ini yang dibawa oleh Azzahari kita semua tahu khawarij seperti apa yakni  diluar dirinya termasuk kafir. Dan ada juga yang tadi disebut salafi, wahabi itu sebenarnya thaifah dimana tidak mau mengakomodasi al-adah wa urf. Sedangkan Menurut imam Syafii.” Ma warada fi syari mutlaqan wa la dhabitha lahu wala filughah yurjau ila urf. Al-adah muhakkamah”. Kita  mengakomodasi budaya local Indonesia sementara yang datang dari luar lalu kesini menganggap yang tidak ada di Negara sana berarti bukan Islami.
Disini bedanya, mereka tidak mau akomodatif karena rasulullah hidup di Saudi Arabia maka yang di Saudi tidak ada, dianggap tidak ada dalam Islam dan  dia lupa lahir di mekah hijrah di madinah untuknya rahmat illalamin. Nah, apa vurifikasi yang sempit ini mengakibatkan dia tidak mau mengkomodasi keadan-keadaan di Indonesia. Maka sedikit-sedikit kafir, musyrik dsb.
Sementara orang-orang syaffiiun seperti kita kalau ada orang kafir tidak dikafirkan tapi kita berfikir bagaimana orang kafir bisa menjadi Islam. Jadi, ada tawazun bainal fiqh wa taawah wa irsyad. sementara mereka hanya menggunakan tauhid dan fiqh tidak ada dakwah dan irsyad. Sehingga fikirannya deametral, saya dan anda. Sedangkan  kita orang-orang suni masuk ke Indonesia mengIslamkan orang Hindu dan Bunda karena komodasi dakwah dan irsyad.
Sementara  mereka membuat dermakasi itu akhirnya bukan rahmat lli-alamin tetapi justru fitnat lil-muslimin. Jadi marah-marahnya kepada sesama Islam aja, ini adalah gerakan-gerakan thaifiyah. ada lagi gerakan-gerakan siyasiyah emang dia bersifat politis. Politis ada dua macam, ada politis dari dia sendiri ada dibuat orang diluar Islam supaya tidak ada pernah tenangnya umat rasul.
Harus tahu Al - Qaida itu bikinan Amerika. Anda harus tahu yang membenturkan syiah dan sunni adalah salafi dan wahabi karena dua-duanya dianggap musyrik sehingga teks Islam dalam sebuah Negara belum dengan sendirinya memberesi syariat nabi.
Lalu  ( Indonesia ) ini sudah dicoba untuk digeser ke negara Islam, Negara komunis, digeser kepada negera liberal. Alhamdulillah semuanya gagal. Tahun 1948 mau dibawa ke komunis gagal, tahun 1949 dibawa ke kartosu , 1949  pak Hatta membuat maklumat untuk leberalisasi Indonesia juga gagal . Tahun 1955 dimana konsep quante tidak memenuhi qorum yang diinginkan oleh negara Islam.  Jadi  melalui pemberontak, konstitusi, PPRI tidak dapat menjadikan Indonesia menjadi Negara Islam. Sekarang  ini  menjadi berat ( mempertahankannya ) karena ada faktor demokrasisasi yang ada di indonesia.
Sehingga sekarang pertanyaan timbul, kenapa kemudian tahun 1983 ditegaskan kembali oleh ulama-ulama sunni ini, untuk Negara NKRI ini final tinggal mengisinya saja, terima wadahnya, pakai mekanisme yang ada untuk pelaksanaan syariat tetapi dalam konsteks Negara kesatuan Indonesia. Ini yang aman.
Jadi kalau orang-orang  teriak untuk mengerjakan  syariat itu sebenarnya gak usah teriak. Jadi langsung dikerjakan saja langsung zakat, shalat, mendirikan madrasah, udah selesai.
Nah,  saudara sekarang timbul pertanyaan. Kenapa disebut pancasila itu sakti. Sebenarnya gak sakti karena dia bukan keris. Karena tarik menarik kekuatan ini, tidak pernah ada yang menang sehingga rumusan-rumusan yang longgar itulah yang bisa menjadi payung semua itu, yang bisa dipakai karena semuanya bisa aman.
Kemudian, kenapa sekarang ini marak lagi. Ada satu faktor yang membuat orang tidak percaya pada pancasila. Karena sila-sila di pancasila tidak ada wujudnya disini.
Ketuhanan yang maha esa berganti keuangan yang maha kuasa. Kemanusiaan yang adil dan beradab, malah banyak orang kejam dan sadis. Persatuan Indonesia, kita betengkar dimana- mana. Kerakyatan…  tidak ada yang elitisme dan istilah saya “industri demokrasi”. Jadi demokrasi menjadi indutri pemimpim membayar, insyaalah kita disini setiap pilkada 20 ribuan. Keadilan sosial mana ? keadilan hukum ? keadilan ekonomi ?, keadilan hak asasi ?. bentur semua. Sekarang  kehormatan kita yang dihancurkan diluar negeri dengan adanya pancung dan sebagai-bagainya.
Dalam kondisi seperti ini sangat mungkin dipakai agitasi. “Betul kan coba pakai syariat negara islam kan selesai” . iya  betul tapi caranya bagamana. Saya pernah ke teman-teman Hizbut Tahrir “yang anda maksud dengan khilafah seperti apa ?”. Karena khilafah-khilafah dalam hadist-hadist belum mengistem , dia baru ma khalfa rasullullah. Dan habis fi salafina sanah. Jadi bukan membentuk system.
Oleh karenanya kesimpulannya adalah bahwa kita memilih Negara bangsa seperti Indonesia atau memilih agama, itu masalah ijtihadi bukan masalah syar’i atau hidayati. Kenapa ?, karena mitsaqul madinah ( piagam madinah ) tidak menyebutkan bentuk Negara tapi menyebutkan nilai-nilai yang harus ada pada setiap bentuk negara di dunia.
Jadi, subtasnsialnya karena rasul maksum dan beliau memegang mukjizat. Tentu  sudah diberitahu bahwa di belakang hari nanti akan semakin banyak bentuk-bentuk negara di dunia ini. dan ini juga tertera dalam hadist.
Adalah tidak adil kalau orang Islam di Jepang tidak bisa masuk surga karena tidak membuat Jepang menjadi Negara Islam itu kan tidak masuk akal kecuali akalnya orang stress. Gak mungkin, jadi saya minta tegasnya begini , kita ingin jalan terus atau rusak di jalan. Kalau ingin jalan terus maka pembagian antara nation city dan civil society. Mari kita bersyariat sedalam-dalamnya dan  seluas-luasnya tanpa membongkar sangkar NKRI.
Hubungan Agama dan Negara Segera Dirumuskan
Jadi masalah hubungan agama dan Negara ini khusus untuk Indonesia harus segera dirumuskan. Supaya agama bisa dilindungi dan agama sekaligus memperkuat kedudukan Negara itu. Sekarang   masih dihadapkan, seakan - akan dalam satu pihak dan agama di pihak yang lain. Karena saling berhadapan itulah maka ada pemisahan - pemisahan seakan akan selain kita adalah thagut ( sejenis syaithan ). Seakan akan selain organisasinya adalah thagut apalagi dia pemerintah. Dia lupa bahwa pemerintah yang memilih pemiliu kita, bukan pemilunya thagut. Dan dia sendiri nyoblos insyallah.
Kalau  di dalam pandangan kita kan tidak, Indonesia ini satu. Khusus Islam dibagi dua ada ummat ijabah ada umat dawah. Umat ijabah itu yang sudah oke untuk berIslam seIslam-islamnya dan umat dakwah adalah umat yang harus ditarik pelan-pelan menuju keIslaman. Kalau ini dipotong di tengah lalu dijadikan musuh maka komunitas Indonesia akan rusak. Tidak bisa tidak rusak.
Disini bedanya faqih dengan mursyid. Faqih itu disini bergerak dalam ilmu fiqh tentang haram atau halal, tapi mursyid bagaimana yang masuk haram bisa ditarik pelan-pelan menuju kehalalan dan yang halal ditingkatkan kehalalannya.
Proses ini tidak dilakukan seimbang oleh teman-teman yang tak tataruf itu tadi yang ektrim.  dan tataruf di indonesia ada dua macam. Ada tataruf tasaddudi ada tataruf ada tasahuli. Yang tasadaduni itu keras, sedikit-sedikit bunuh. Yang tasahuli apa saja boleh. Jadi untuk sementara haram diistirahatkan dan ini dibuat oleh orang-orang liberal yang itu juga ada transnasional di barat. Jadi yang tidak punya juragan itu Cuma NU dan Muhammadiyah. Yang lain itu itu sami’na wa ata’na ila ghairina. Masalahnya tidak mandiri menjadi orang Indonesia.
Jadi  kenapa ada istilah thagut, ada istilah dajjal karena dia membedakan dirinya dengan orang lain. Kenapa dirinya orang Islam kok tidak berdakwah pada orang yang dibilang thagut tadi. Seakan akan Islam adalah fiqh padahal fiqh adalah bagian dari Islam.
Kemudian  mengenai karena ada demarkasi, tafriq pemisahan. Maka akhirnya ia membuat hukum sendiri. Hukumnya tidak jamai misalnya karena dia thagut maka saya nyatakan perang pada dia kan begitu. Nah padahal siapa yang berhak mengumumkan perang. Karena perang itu mengubah hukum. Yang mestinya membunuh itu harus kena qishash, ketika perang membunuh ini mendapat pahala dari Allah. Siapa yang mengubah status ?, siapa yang punya hak. Apa  masing-masing bisa menyatakan dirinya perang sehingga fiqhnya dibongkar.
Oleh karenanya orang-orang ekstrim disini biasanya anak - anak yang santri sudah kelewat, kiai belum nyampe. Baina baina, in between. Dan ini lebih cepat masuk di UI yang sekolah umum di IAIN daripada di pesantren. Kalau di pesantren gak bisa masuk begitu agitasi karena dia jawabnya huwal habibulladzi turja syafaatuhu….  malah dibilang صم بكم عمي ( bisu, tuli, buta ) . Tapi kalau di IAIN aneh karena dia dulu sudah soleh kemudian masuk kota akhirnya bosan soleh dia. Lalu kepingin yang gak shalat gak apa apa. Itu adalah deat psikology seseorang. Endapan-endapan psikologi. Kalau  di sekolah umum mereka itu kering kepingin ketuduhan. Sementara yang meneduhi tidak ada.
Tadi disampaikan PMII sama HMII bertengkar itu dulu, sekarang mereka sudah tidak di kampus sudah membakar ban di jalan-jalan. Akhirnya kalau diambil orang lain yang transnasional itu salah siapa. Selama  anak-anak matematika yang orang-orang ahli ilmu pasti, dia menginginkan siraman itu. nah, di fakultas-fakultas ilmu pasti lebih laris daripada fakultas ilmu sosial. Karena orang pasti itu 2 + 2 = 4, kalau ilmu sosial 2 + 2 = 6 – 2..
Kemudian  dengan adanya tafriq ( pemisahan ) yang menuju takfir mengakibatkan pengumuman terhadap perang yang oleh orang yang tidak berkompeten untuk itu. siapa yang mengumumkan perang. Kan Negara.
Apa perlu memperjuangkan demokrasi
Kemudian apa perlu kita memperjuangkan demokrasi. Begini pak yang saya sering dengarkan, rahmatlilamain. Islam kalau ditegakan betul itu seperti payung begitu mekar dia akan melindugi kiri dan kanan begitu mitsaqul madinah naik dia akan rahmat lil alamin karena semua sektor terlindungi tetapi dia tidak boleh merugikan syariat nabi besar Muhammad. Karena memaksa mereka Islam kan tidak sah. Karena masuk Islam karena terpaksa itu sah atau tidak ?. Orang masuk Islam karena takut, sah atau tidak. Nah,  bagaimana orag masuk Islam diberi karena dipentungi dan ditakbiri karena yang ditakbiri orang Islam juga. Polisi misalnya. Yang  santri banyak akhirnya dijawab saamiallahu liman hamidah.
Saya katakan bahwa orang-orang kita bukan tidak berani perang tapi dengan siapa perang. Karena  ada resolusi jihad. Pada  zaman tahun 1946, fardhu ain melawan belanda. Berani mati berani. Tapi kepada siapa kalau sekarang . Kalau pada sesama polisi yang keponakan kita sendiri di bom segala macam itu ajaran apa.
Saudara-saudara tadi, menarik yang dikatakan pak polisi, polisi pasti ngomong gini “gak bisa nangkap kalau gak ada bukti”. Itu polisi tapi kiai tidak boleh menunggu ada bukti.
Kiai itu ada gejala-gejala penyelewangan tauhid dan tawasut dan itidal. Mulai harus kerja, jadi sebelum ada bukti bukan berarti dibiarkan. Sebelum ada bukti diluruskan dalam mindseat sebelum dia melanggar hukum. Kalau  melanggar hukum baru kena hukuman polisi. Sekarang yang dikumandangkan lain, gimana kita mau nangkap karena gak ada bukti tapi gelaja criminal itu siapa yang nangani.
Sekarang pemerintah sudah memperlukan kita ( kyai ) lagi. Jadi pemerintah itu memerlukan kiai apa gak sumpek. Kita ini ya, Alhamdulillah pahalanya yang banyak , dananya yang gak ada. Karena kita ini dipaksa oleh keadaan, tidak tega dengan syar’I, kita harus berbuat. Sementara yang lain-lain korupsi dan sebagainya itu luar biasa. Masa ke Singapura nguber Nazarudin gak ketemu-ketemu, karena yang diuber ama yang nguber orangnya sama.
Begini-begini ini bagaimana ?.  mengapa mereka (             ) bisa bagus, karena munaddham. Alhadqqu bighair al-nidham qad yaglibu bilbathil bi –alnidham ( Kebenaran yang tidak terorganisir dapat terkalahkan dengan kebathilan yang terorganisir ) kita gak pake nidham ( strategi ). Mereka itu kecil, ideology diberesi, system network sudah diberesi, dan dananya dikasih, kontrolnya ada, file-nya ada. Lah kita lillahi taala, salah mengartikan lillah taala jadi gak karuan - gak karuan itu lillah taala. Makanya tantangan untuk cilient mayority ( mayoritas masyarakat diam ) di Indonesia harus memperbaiki sistemnya. Oleh karenanya kiai-kiai kalau sudah sampai di pesantren masing-masing diberitahukan pikiran-pikiran pada santri-santrinya. Kalau anak-anak ngaji di langgar dan di kampong-kampung bisa cerita yang sama.
Salafi,wahabi, HTI membuat problem bukan hanya di Indonesia. Saya sudah ke Thailand, di thailand 8 persen umat Islam. Dia  sekolahnya di Riyadh dan sebagainya, belajar ilmu muhamaadh Ibn Abdul Wahab dipaksa di Thailand membuat Negara Islam. Akhirnya, mau memaksakan diri membikin Negara Islam malah menjadi musuh Negara dan musuh angkatan bersenjata. Selama 21 tahun mereka menderita. Karena dia ingin memindahkan kurma ke Thailand. Agamanya boleh ( dipindah ), kurmanya tidak usah, di Filipina selatan sama. Karena pemaksaan-pemaksaan ini.
Maka  sekarang saya bawakan ini fiqh jihad, karangan syeikh Yusuf Qordhawi. Didalamnya ada mitsaqul madinah, JINII, tentang wahabi dan bagaimana wahabi di Saudi Arabia itu mempersatukan. Tapi wahabi diluar Arab Saudi itu mempertentangkan. Kenapa Saudi mempersatukan wahabi, karena seluruhnya wahabi.
Kita baru ngangkat tangan ( saat berdoa )waktu di makam Rasulullah gak boleh , masa kaya gini masuk neraka. Kok kereng baget gitu loh. Apa dia saja yang masuk surga kok gak takut masuk surga sendirian. Logikanya gimana ?.
Andaikan Indonesia menjadi Negara Islam
Saudara-saudara, sekarang timbul pertanyaan. Andaikan Indonesia jadi Negara Islam. Andaikan mereka berhasil. Maka yang terjadi, pertama kali ialah kekacauan daerah-daerah non muslim. Kedua, angkatan persenjataan kita akan pecah termasuk demokrasinya dan itu akan menghetikan peranan mayoritas Islam ini kepada Indonesia secara utuh. Mungkinkah, anda akan mengajar Islam dengan baik dalam keadaan kekacaun seperti itu. akhirnya,  “mala yutimmu al-wajib illa bihi fahuwa wajibun” . kita membuat Negara bangsa itu ijtihad, membuat agama seperti Saudi juga ijtihad karena rasul mementukan emporium saja maka “al - ijtihad la yunqadhhu bil ijtihad” tapi mereka gak sadar. Sudah bodoh ngamukan.
Saudara, sekarang masalahnya yang kita menjadi contoh adalah kenapa Saudi tenang karena seluruhnya wahabi. Kedua karena Saudi menjadi takmir masjid al-haram dan masjid naabawi, itu dijamin oleh allah melalui nabi Ibrahim dalam doanya. Makanya  yang trenggalek dan tulungagung gak ada jaminan.
Jadi dikasih minyak oleh Allah, sekarang kita lihat timur tengah Pakistan kapan dia berhenti membunuh sesama muslim. Afganistasn Tunisia Libya. Dan sebagainya. Maka apakah kita akan merusak sangkar ini, untuk kita bisa berkicau dengan baik padahal ketika sangkar itu sudah rusak kita tidak bisa berbuat apa – apa.
Jadi kesadaran politis dan strategis itu harus ada di antara kita dan bisa dicoba. Permesta, LDII, KW 9,. maksud saya umat Islam satu seat lalu gimana , hadapi itu neo- komunisme, neo - lebarilasme tapi kalau kita membuat fitnah di tengah-tengah din kenapa yang dikafirkan kok bukan bioskop tapi orang tahlilan. Apa kurang pasal dia.
Saudara,  ini ada satu berita rahasia. Negara barat tidak akan senang kalau sebuah negara muslim tenang tanpa friksi. Maka ketika tenang maka dia akan memberikan friksi tertentu untuk mengaduk - aduk. Oleh karenanya al-Qaida itu dibuat. Setelah dibuat, dijadikan monster untuk dihancurkan sendiri dan yang dihancurkannya bukan al-Qaida tapi negara-negara Islamnya.
Kiai  Ma’mun betul, tidak semua timur tengah seperti itu. Karena alasannya seperti itu, lalu ketika saya jadi ketua NU. Maka saya buat NU dimana – mana, sekarang ada sekolah NU di Mekah dan Jeddah. Tentu  tidak seperti yang diceritakan tadi. KNNU ada dimana – mana tetapi mereka terhimpit juga.
Mengapa ini kacau balau ?, karena ada beberapa faktor. Pertama, faktor system yang kita punya sekarang lebih longgar daripada yang kita perlukan. Demokrasi menjadi demo crazy. Kedua, karena faktor intervensi transnasional baik dari timur maupun dari barat. Ketiga, lemahnya leadership Indonesia. Keempat, faktor kemiskinan. Dan faktor kelima ketidakadilan sosial. Ini numpuk menjadi satu. Maka kalau kita mau bikin strategi, kita berharap mudah-mudahan ada pemimpin bisa mengayomi seluruh rakyat. Kedua, mudah mudahan pemimpin ini mampu merapikan system yang terlalu longgar menjadi pas.
Misalnya kopiah kalau kepalanya no. 7 maka kopiahnya harus no.7. Ini kepalanya no. 7 kopiahnya no. 10. jadi kupingnya melu kopiah. Jadi kalau dia menoleh, kopiahnya tidak ikut menoleh tetap kesana. Itulah Indonesia.
( Hasil Transkip Pengajian KH. Hasyim di Depok ; Zulfa )

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »